‘Catatan tentang Menjadi Pria’ Scott Galloway Mengatasi Krisis Modern: Maskulinitas dalam Fluks

21

Dalam kemunculannya di CNN baru-baru ini, profesor bisnis NYU Scott Galloway memulai perbincangan tentang perjuangan yang dihadapi para pemuda saat ini. Buku barunya, Notes on Being a Man (Simon & Schuster, November 2025), dengan berani menyatakan bahwa laki-laki sedang dalam krisis. Galloway berpendapat bahwa maskulinitas modern berada dalam kekacauan, membuat anak laki-laki dan laki-laki muda merasa terputus, tidak memiliki tujuan, dan terisolasi. Data yang dikutipnya memberikan gambaran yang meresahkan: laki-laki muda mendaftar ke perguruan tinggi dengan tarif lebih rendah dibandingkan perempuan, menjalin pertemanan lebih sedikit, dan melaporkan tingkat kesepian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka tertinggal dalam perkembangan emosional dan sosial, yang menandakan adanya pergeseran sosial yang lebih dalam dibandingkan dengan kecemasan remaja yang hanya sesaat.

Ini bukan hanya topik klub buku—ini adalah fenomena viral. Penilaian Galloway yang blak-blakan terasa familier bagi orang tua, pendidik, dan bahkan remaja. Anak laki-laki di seluruh negeri tampak terkatung-katung, tidak yakin bagaimana menjalani dunia yang terus mendefinisikan ulang apa artinya menjadi seorang laki-laki. Namun, bukunya tidak hanya mendiagnosis masalahnya; ia mencoba menawarkan jalan ke depan.


Masalah: Satu Generasi Hilang

Argumen utama Galloway adalah bahwa aturan maskulinitas tidak sejalan dengan kehidupan modern. Bagi remaja putra masa kini, ciri-ciri seperti ekspresi emosi dan kerentanan sering kali distigmatisasi, sementara kemampuan beradaptasi dan kekuatan emosional diremehkan. Struktur yang pernah membantu anak laki-laki membangun identitas—jalur karier yang jelas, ritual peralihan fisik, dan peran sosial yang stabil—kini menghilang, meninggalkan kekosongan.

Buku ini mengeksplorasi bagaimana krisis ini tidak hanya berdampak pada anak laki-laki, tetapi juga berdampak pada pasangan, anak perempuan, dan saudara kandung. Galloway menulis bahwa laki-laki berada dalam krisis karena dunia belum memenuhi kebutuhan mereka. Mereka memerlukan izin untuk merasakan, terhubung, dan mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi.


Hal Penting untuk Anak Laki-Laki

Buku Galloway menawarkan perspektif baru tentang apa artinya menjadi seorang pria di tahun 2025. Daripada meresepkan cita-cita yang sudah ketinggalan zaman, ia membingkai kecerdasan emosional, kerentanan, dan kesadaran diri sebagai alat penting untuk menavigasi kehidupan modern. Bagi anak laki-laki, buku ini berfungsi sebagai peta jalan untuk membangun identitas yang sehat—identitas yang tidak ditentukan oleh ekspektasi yang kaku tetapi oleh keaslian dan hubungan.


Ini Bukan Hal Baru, Tapi Ini Mendesak

Di SheKnows, percakapan ini bukanlah hal yang asing. Awal tahun ini, edisi digital “Be a Man” kami membahas ketegangan yang sama: bagaimana membesarkan anak laki-laki di dunia yang mempertanyakan definisi kaku tentang maskulinitas. Orang tua, pendidik, dan pakar sama-sama menekankan bahwa anak laki-laki mendambakan koneksi, pengakuan emosional, dan kerangka untuk mengekspresikan kerentanan tanpa rasa malu. Mereka tidak rusak—mereka menjelajahi wilayah yang belum dipetakan.

Buku Galloway terasa seperti langkah penting berikutnya dalam dialog yang terus berkembang ini. Hal ini menantang orang tua, pengasuh, dan masyarakat untuk memikirkan kembali cara kita mengajarkan kekuatan, identitas, dan rasa memiliki. Baik kita berbicara tentang anak laki-laki atau perempuan, pesannya sama: membesarkan anak-anak yang sehat secara emosional berarti mendefinisikan ulang apa artinya berkembang di dunia yang terus berubah.


Mengapa Hal Ini Penting Selain Gender

Inti permasalahannya adalah keterhubungan masyarakat kita. Jika laki-laki muda mengalami kesulitan, hal ini mencerminkan ketidakseimbangan budaya yang lebih luas. Kekuatan yang sama yang meminggirkan ekspresi emosional pada anak laki-laki juga dapat memengaruhi cara kita membesarkan anak perempuan, sehingga menciptakan dampak yang berdampak pada keluarga, tempat kerja, dan komunitas. Krisis maskulinitas bukan hanya masalah anak laki-laki—tetapi masalah masyarakat.


Kesimpulan

Catatan tentang Menjadi Pria dari Scott Galloway adalah ajakan untuk bertindak. Hal ini meminta kita untuk menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan bahwa maskulinitas modern telah rusak dan untuk memikirkan kembali apa artinya menjadi laki-laki di dunia saat ini. Namun pelajaran yang ada tidak hanya mencakup anak laki-laki saja—hal ini mengingatkan semua orang tua dan pengasuh untuk mendefinisikan kembali kekuatan, tujuan, dan hubungan dengan cara yang dapat diterima oleh semua orang.